PENGEMASAN INFORMASI
(INFORMATION
REPACKAGING)
Berbicara tentang
pengemasan Informasi atau kemas ulang Informasi banyak sekali berbagai pendapat
yang mengemukakan apa itu pengemasan informasi?? Asal muasal konsep kemas ulang
informasi itu tidak jelas, demikian menurut Christine Stilwell (2000) dalam
ulasan literaturnya. Dia menemukan konsep dan istilah kemas ulang (repackaging)
ini didiskusikan pada tahun 1981 dalam terbitan karya Saracevic dan Wood
berjudul Consolidation of information: a handbook on evaluation,
restructuring and repackaging of scientific and technical information.
Pada tahun 1984 sebuah buku tentang informasi komunitas berjudul The
basics of information work Alan Bunch (1984:25), dalam menggambarkan
pendekatan mandiri, menekankan bahwa pelayanan informasi memilih bahan yang
tepat, memproses kembali informasi dalam suatu bentuk yang dapat langsung
dipahami, mengemas informasi, dan menyusun semua bahan-bahan ini agar
sesuai, oleh karenanya menggabungkan konsep penting termasuk dalam
pengertian kemas ulang , yakni memproses kembali dan mengemasnya.
Kemas ulang
informasi bisa mencakup pekerjaan penerjemahan, dan penyuntingan. Tentu saja
hal ini memerlukan proses sistematis untuk memberikan nilai tambah pelayanan
informasi. Komponen-komponen penting lainnyaya termasuk analisis, sintesis,
penyuntingan, penerjemahan, dan transmisi format media dan simbol. Sudah barang
tentu, kebutuhan informasi pengguna target, kesahihan, kelengkapan, serta mudah
dan nyaman digunakan patut menjadi pertimbangan.
Dan mengapa
sangat diperlukan pengemasan informasi itu sendiri dalam perpustakaan???
Alasan para
pustakawan melakukan pekerjaan kemas ulang informasi antara lain pertama untuk
menyesuaikan informasi yang tersedia dengan kebutuhan pemustaka. Informasi yang
tersedia di perpustakaan dalam berbagai format dan subjek berlimpah, demikian
pula informasi yang dapat diakses pustakawan diluar tempat kerja mereka.
Sementara pemustaka memerlukan informasi spesifik, misalnya pencapaian riset
teknologi nano di Indonesia. Dalam kasus ini, pustakawan mengemas ulang laporan
penelitian tentang Teknologi Nano dalam ulasan literatur, sehingga pemustaka bisa
mamanfaatkan informasi itu secara efektif. Kedua adalah untuk mempermudah
penyebaran, pengelolaan, dan untuk komunikasi. Informasi yang sudah
berubah format digital akan lebih mudah dan cepat disebar luaskan secara
online, pengelolaan informasi yang telah terkemaspun bisa lebhi mudah dikelola
dengan mengelompokkannya berbasis subjek, dan dikomunikasikan dengan pemustaka
melalui berbagai channel.
Adapun Jenis-jenis Kemasan Informasi
Kemasan informasi dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi bagi pemakai. Berdasarkan
jenisnya, kemasan informasi dibedakan
menjadi:
1. Berbagai publikasi, seperti: Brosur, Newsletter,
Majalah Kesiagaan Informasi, Majalah Abstrak dan Indeks, Bibliografi, Karangan
Baru, Presentasi Lisan, disajikan dalam web, Tinjauan Perkembangan Baru,
Tinjauan Literatur, Monografi, Prosiding Konferensi, Laporan Teknis, Laporan
Bisnis atau Laporan Manajemen, Buku Panduan, Direktori, Katalog, Majalah Primer
2. Media dengar pandang.
3. Kemas ulang dalam bentuk Pangkalan data bibliografi,
atau lainnya dalam media CD-ROM, WEBSITE.
Dalam kehidupan sehari-hari saat
ini, kemas ulang informasi menjadi kegiatan penting, karena jutaan informasi
diproduksi manusia setiap menit dengan kemajuan teknologi komputer dan
telekomunikasi, bahkan dengan kemas ulang informasi para pemustaka mendapat
kemudahan untuk lebih memahami informasi yang melimpah itu. Dengan contoh karya
Yaniarsih (2009), secara lebih rinci kemas ulang informasi mempunyai
fungsi sebagai:
1.
Sarana pendokumentasian informasi.
Produk kemas ulang informasi berfungsi sebagai sarana pendokumentasian
dari sebuah dari gagasan atau peristiwa. Misalnya sebuah leaflet tentang pohon
industri teknologi nano, menunjukkan bahwa berapa oartikel nano zinc, alumina,
ziolit menjadi bahan katalis yang sedang dikembangkan di Indonesia.
2.
Sarana untuk memilih informasi yang bermanfaat bagi
pemustaka secara sistematis
Secara runtun pembaca brosur teknologi nano dapat melihat nomor sitasi
untuk mendapatan artikel yang disitir. Pembaca juga bisa menggali lebih dalam
dari kata kunci yang ditemukan dalam pohon industri itu.
3.
Sarana penyajian dan transfer informasi yang lebih luas.
Penyajian dan
transfer informasi melalui produk kemas ulang informasi akan lebih luas
jangkauannya jika diterbitkan secara elektronik dan memanfaatkan jaringan
Internet.
4.
Alat terjemahan.
Bagi pembaca yang tidak mengetahui bahasa asal informasi bisa melihat
produk kemas ulang sebagai alat penerjemah, hanya saja pembaca tidak bisa
mengetahui informasi lebih dalam dan rinci.
5.
Peluang untuk menerapkan hasil penelitian.
Hasil-hasil
penelitian teknologi nano tentang semen gigi, material untuk implantasi bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Sarana penyajian informasi relevan secara langsung.
Informasi dalam subjek spesifik yang dikumpulkan dikemas menjadi suatu
bentuk baru yang lebih menarik, tentu saja pustakawan menyebutkan sumber-sumber
informasi yang digunakannya dalam produk kemas ulang itu, menurut sistem
pendokumentasian yang dianut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya pengemasan informasi yaitu salah satu kegiatan jasa informasi yang dimulai dari menyeleksi berbagai
informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai
dalam bebagai bentuk yang menarik.
Informasi yang dikemas kembali akan memberi kemudahan dalam penyebaran
informasi dan temu kembali informasi.
0 komentar:
Posting Komentar